PERANGKAP SETAN BAGI ORANG TERPELAJAR DAN YANG ENGGAN BELAJAR
Oleh : M. Ghafur Hasbullah*, Zonapostindonesia.com - Hukum mencari ilmu adalah wajib bagi setiap individu, khususnya umat islam, baik pria maupun wanita. Sebagaimana disabdakan oleh baginda nabi Muhammad SAW, yang penulis nukil dari kitab "Ta'limul - Muta'allim", yang artinya:
"Mencari
ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki maupun perempuan, mulai ia turun
dari buaian ibu hingga meninggal dunia".
Manusia
dalam misinya mengemban amanah sebagai khalifah di alam raya, oleh karenanya,
ia haruslah memiliki sebuah pengetahuan sejak dini, sehingga Rasulullah
mewajibkan umat untuk selalu mencari ilmu, tidak hanya 2 atau 3 tahun,
melainkan seumur hidupnya. Mengapa harus mencari ilmu ?
Dalam
catatan sejarah, sebagaimana telah ditulis dalam al-Quran surat al-Baqarah
tentang kisah awal mula penciptaan Adam Alaihis Salam. Kala Allah akan
membentuk Adam, Dia mengabarkan pada semua Malaikat, " Sesungguhnya Aku
akan menjadikan khalifah di muka bumi". Dan ternyata Malaikat meragukan
kemampuan khalifah ini, mereka menjawab dengan mengatakan, "Apakah Engkau
akan menjadikan makhluk yang suka berbuat kerusakan dan saling membunuh ?
".
Dijawab
oleh Allah, "Aku mengetahui sesuatu yang tidak kalian ketahui".
Dan, ketika nabi Adam sudah berwujud menjadi manusia, dibandingkanlah kelebihan
Adam dengan malaikat lewat perintah menyebutkan satu-persatu nama-nama benda
yang ada di sekeliling mereka.
Namun,
dengan rasa tawadlu' malaikat berkata, "Maha Suci Engkau, kami tidak mengetahui
kecuali apa yang sudah Engkau ajarkan". Sedangkan, Adam sudah didesain
oleh Allah dengan berbagai pengetahuan, ia dengan mudah menyebutkan nama-nama
sesuatu yang ada disekitarnya. Oleh sebab itulah, Allah memerintahkan para
Malaikat-Nya untuk bersujud pada nabi Adam sebagai bentuk penghormatan atas
kelebihan manusia yang bernama Adam.
Dari
kisah di atas, sebagaimana sudah diabadikan dalam al-Quran surat al-Baqarah,
keunggulan nabi Adam atas Malaikat ialah dari pengetahuannya. Sedangkan
Malaikat Allah adalah makhluk yang sudah jauh lebih dahulu diciptakan, akan
tetapi dengan tanpa dibekali pengetahuan, mereka tidak bisa menyebutkan sesuatu
yang telah diperintahkan Tuhan.
Maka
dari itu, baginda nabi Muhammad secara tegas memerintahkan umatnya untuk
mencari ilmu, tidak cukup satu, dua, atau tiga tahun, melainkan hingga akhir
hayat. Mengapa demikian ? Dengan perantara pengetahuanlah, seseorang bisa
memiliki derajat tinggi, berbudi luhur, dan menjadikan dirinya lebih bernilai,
seperti halnya Adam dengan Malaikat. Tidak bisa dipungkiri, bilamana seorang
manusia tiada berpengetahuan, ia akan tersesat, bahkan cenderung menyesatkan,
tanpa ilmu pengetahuan akan menjadikannya pula laksana hewan. Dalam al-Quran
telah dijelaskan yang artinya,
"Mereka
semua laksana binatang, (Justru) sebaliknya lebih menyesatkan, mereka semua
orang yang lalai " (QS. al-A'raf : 179 )
Dalam
surat lain, Allah menjelaskan pula akan perbedaan golongan yang berpengetahuan
dan tidak
قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
"Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah)
dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya
ulul albab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran ".
( QS, az-Zumar : 9)
Dengan
demikian, masihkah kita berfikir untuk tidak belajar ? Justru sangat disayangkan,
bila hari ini, dimana banyak berdiri sekolah-sekolah, pondok pesantren, dan
lain sebagainya, namun enggan atau bermalas-malasan untuk mencari ilmu.
SALAH
NIAT DAN POLA PIKIR MASYARAKAT
Apa
balasan bagi orang berpendidikan ?Dalam al-Quran surat al-Mujadalah ayat 11,
secara eksplisit dikatakan.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Wahai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan
mengangkat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al-Mujadalah : 11 )
Derajat
yang tinggi di sini bisa berwujud kehormatan, kedudukan, atau kekayaan. Kita
bisa memandang di sekitar kita, bahwa nilai seseorang bergantung pada ilmu.
Ulama akan dihormati sebab ilmunya, pejabat akan disegani sebab pengetahuannya,
guru, ustadz, serta para pendidik lainnya, akan terhormat dengan segala
pengetahuannya.
Namun,
kedudukan itu semua, belum tentu akan terbawa hingga besok di akhirat. Seserang
yang mencari ilmu, semestinya akan mudah menuju surganya Allah, sebagaimana disabdakan
oleh baginda nabi Saw.
عن
أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال «ومن سلك طريقا يلتمس
فيه علما سهل الله له طريقا به إلى الجنة» (رواه مسلم)
“Diceritakan
dari sahabat Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda :
"Siapapun yang berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberi
kemudahan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Bagaimana
mungkin seseorang yang berilmu akan terpeleset ? Dalam kehidupan di dunia yang
fana ini, Allah telah menciptakan musuh manusia yang abadi, ialah iblis
laknatullah 'alaih, dia dan sekutunya akan selalu berusaha menggelincirkan
manusia dari jalan lurus, termasuk membelokkan manusia dalam mencari ilmu. Dari
sini, kunci agar tidak terpeleset tipu daya setan ialah dengan meluruskan niat
mencari ilmu.
Pada
dasarnya, tujuan mencari ilmu adalah untuk menggapai ridlo Allah, mengikuti
perintah Rasulullah, menjaga perilaku
manusia. Dalam sudut pandang tashawwuf, ada tiga tingkatan pencapaian seseorang
dalam mencari ilmu, yaitu :
1.
Untuk menyempurnakan budi pekerti.
2.
Untuk membersihkan hati dari penyakit hati.
3. Agar
mendapat hidayah Allah.
Cukup
beralasan, bilamana ending seseorang
berilmu ialah berakhlak mulia, dan mendapat hidayah. Dikutip dari kitab
" Syarah Hikam " halaman 51, dikatakan : " Ilmu yang membawa
diri seseorang pada ketaqwaan, maka akan bermanfaat (di dunia dan akhirat, dan apabila
sebaliknya, maka akan menjadikan mudharat (celaka) atas diri orang tersebut.
Artinya,
pengetahuan yang kita dapatkan, yang semestinya menjadikan kita mencapai
ketaqwaan pada akhirnya akan bertempat di jannatul firdaus. Tetapi, bilamana
sebaliknya, maka akan berdampak kecelakan bagi pemiliknya.
Oleh
karenanya kewaspadaan kita akan perangkap setan haruslah terus diantisipasi
setiap waktu, diantara perangkap tersebut adalah dengan iming-iming kehormatan,
pekerjaan, kemuliaan dan kekayaan.
Jebakan
setan tidak hanya berlaku bagi yang berpendidikan, melainkan yang awampun tidak
sedikit masuk perangkapnya, masih banyak pola pikir masyarakat yang enggan
mencari ilmu seluas-luasnya hanya karena pada akhirnya kerjanya tetap sulit,
padahal pendidikan tidak hanya di bangku sekolah atau madrasah, ada pula yang
semenjak awal mencari pendidikan orientasinya pekerjaan.
Agama
tidak melarang seseorang memiliki cita-cita, memiliki profesi apapun, menggapai kedudukan dimanapun, akan tetapi
yang dicegah adalah motivasi awal mencari pengetahuan hanya sebatas ingin
mendapat kehormatan di dunia. Rasulullah SAW telah mewanti-wanti pada umatnya,
sabda beliau:
Diriwayatkan
dari Abi Hurairah ra. Rasulullah bersabda, "Siapapun yang mencari ilmu
bukan karena Allah, melainkan hanya ingin mendapatkan dunia, maka ia nanti saat
hari kiamat tidak akan bisa mencium bau surga.”
Sufyan
al-Tsauri berkata: "Bahwasannya seseorang dalam mencari ilmu ialah
bertujuan untuk bertaqwa pada Allah, dan sesungguhnya keunggulan ilmu atas
lainnya dikarenakan siapapun yang berilmu akan bertaqwa. Maka apabila tujuannya
sudah berpaling dari ketakwaan, rusaklah tujuan mencari pengetahuan, disebabkan
karena keinginan mencari kekayaan dan kedudukan. Kemudian pada akhirnya,
hilanglah pahala amal perbuatannya, dan jadilah ia golongan yang sangat merugi.”
*Penulis: Alumnus PP. Lirboyo - Kediri tahun
2012.
Aktif sebagai pengajar Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren
Darul Fikri, Pondok Pesantren Nurul Dhalam Kecamatan Wringin Bondowoso, dan
sebagai pengusaha di bidang kerajinan “Tirai Bambu”.
0 Comments: