
Zonapostindonesia.com - Sebagai sebuah proses sosial budaya, tentu pendidikan terikat oleh ruang dan waktu. Hal ini tak lain karena posisinya secara politis baik skala lokal maupun interlokal dan bahkan internasional, berpengaruh dan dipengaruhi oleh aspek yang lain terutama ekonomi. Selain itu teknologi dan informasi juga memberi pengaruh yang juga besar dalam eksistensi pendidikan. Dan ketiga aspek itu hari ini, di era millenium ketiga yakni abad 21 menjadi aspek terdepan dalam transformasi kehidupan manusia.
Globalisasi yang menjadi kunci abad ini tak
lain adalah perluasan dari aspek ekonomi berupa persaingan produksi dalam skala
yang sangat luas, kemudian perlombaan dalam pengembangan teknologi sebagai efek
lanjutan serta penguasaan informasi dan ilmu pengetahuan sebagai puncak
persaingannya. Hal ini selanjutnya akan menentukan posisi politik dalam relasi multi-nation
di dunia pada era ini. Dan hari ini, setiap negara tanpa terkecuali
tertuntut secara niscaya dalam persaingan aspek-aspek tersebut.
Dalam aspek ekonomi terutama, setiap negara
hari ini mempercepat untuk mengelola sumber daya alamnya sebagai
bahan produksi dan berupaya untuk merebut pangsa pasar dunia. Dalam hal apa
saja, titik utama dalam sistem ekonomi pasar dalam skala lokal maupun global
adalah mencari konsumen dalam skala luas. Tentu dengan begini, orang atau
negara yang menjadi konsumen akan bergantung secara posisional dalam relasi
ini. Artinya, negara yang memiliki kekuatan produksi dalam skala besar dan
luas akan menentukan arah dan nasib politis negara konsumennya.
Di sisi lain, negara yang menguasai hajat
kebanyakan negara akan meraup untung sebanyak-banyaknya serta itu akan
digunakan untuk kemajuan negaranya. Dalam hal ini, negara-negara maju hari ini
adalah negara yang menguasai produksi dalam skala besar dalam persaingan hasil
produksi di pasar dunia. Sedangkan negara berkembanga dan terbelakang adalah
negara yang hanya menjadi konsumen dan terjerat dalam ketergantungan posisional
pada negara produktif serta kemudian dieksploitasi untuk kepentingan negara
produktif tersebut. Hal ini memang adalah kerja logis dari sistem ekonomi
kapitalis yang menjadi sistem global dalam kerja pasar dunia hari ini.
Tentunya, dalam aspek ekonomi, sumber daya alam yang dikelola secara kreatif akan berpotensi menjadi komoditas dengan daya
jual yang diminati konsumen dunia. Maka, inti dalam persaingan ekonomi global
adalah produksi. Selain itu juga, aspek teknologi juga sangat menentukan karena
produksi suatu barang mentah menjadi barang jadi memerlukan teknologi sekaligus
kreatifitas subjek sumber daya manusia yang mengelolanya. Perpaduan ketiganya
itu akan mewujudkan sebuah sistem ekonomi yang solid dalam sebuah negara untuk survive
di tengah iklim persaingan global dalam semua aspek kehidupan, namun utamanya
adalah ekonomi.
Dalam aspek teknologi, alat-alat produksi
merupakan sebuah faktor yang menentukan selain sumber daya alam. Pasalnya, sebuah
bahan mentah akan disfungsional atau bernilai murah bila tidak diproduksi
terlebih dahulu. Sebagai contoh, begitu banyak sumber daya alam di negara kita.
Namun, kesemuanya itu tak memadai memeratakan kemakmuran terhadap semua
penduduk di dalamnya. Alasan utamanya adalah karena sumber daya teknologi yang
tak memadai dalam mengkreasi semua bahan mentah itu menjadi bahan jadi yang
memiliki daya jual tinggi di pasar global. Ini tentu adalah problem utama
pengembangan ekonomi di negara berkembang.
Akibatnya kemudian, sumber daya alam di negara
dengan perkembangan teknologi yang rendah tidak punya alternatif lain untuk
bergiat dalam pasar global kecuali menjual sumber daya alamnya dalam bentuk
barang mentah dan tentu dengan harga murah. Hal ini tentu akan menjadi ironi
karena pada gilirannya barang mentah barusan akan kembali masuk ke negara
sebagai barang jadi dan dijual kembali dengan harga tinggi. Pada titik ini,
ketidakmampuan secara teknologis dan sekaligus sumber daya manusia yang rendah
akan menjadi blunder dalam persaingan global di era ini.
Di sisi lain, ada ledakan informasi yang begitu masif terjadi dan ini
seringkali disebut sebagai globalisasi informasi. Dan termasuk dalam konteks
infromasi adalah ilmu pengetahuan. Siapa pun yang menguasai informasi maka ia
berpotensi menguasai negara lain atau minimal membuat negara lain
menggantungkan diri kepadanya. Tentu benar bahwa knowledge is power, ilmu
pengetahuan adalah sebuah kekuatan. Hal ini tak berdiri sendiri dalam jaringan
persaingan global dari aspek ekonomi dan teknologi, melainkan adalah sebuah
efek lanjutan dari persaingan ekonomi dan teknologi. Lebih khususnya teknologi
internet dengan media sosialnya hari-hari ini.
Dalam hal ini, sumber daya manusia yang melek
teknologi dan informasi akan cepat beradaptasi dengan transformasi cepat
kehidupan global. Sedangkan mereka yang tidak up-date informasi maka
akan menjadi penonton dalam gerak transformasi ini. Pergerakan perubahan yang
begitu cepat dalam kehidupan era ini tak lain adalah karena informasi yang bisa
diakses secara cepat dalam skala global. Dengan begini, maka negara harus memperbaiki
kualitas sumber daya manusianya karena mereka adalah penentu utama kesuksesan
dalam persaingan global era ini. Terutama agar mereka tidak menjadi korban di
era disrupsi informasi sebagai efek utama dari globalisasi informasi dan ilmu
pengetahuan.
Dengan demikian, dari ketiga aspek utama dalam persaingan global mulai dari
ekonomi sebagai dasar utama persaingan hingga teknologi dan informasi sebagai
efek lanjutan. Aspek apa dalam suatu negara berkembang seperti Indonesia yang
harus didahulukan untuk dibenahi ? meski tentu negara ini memiliki problematika
yang kompleks dalam semua aspek kehidupannya. Tentu jawabannya sementara yang
penulis ajukan adalah pendidikan. Pasalnya, ia adalah aspek yang merangkul dan
mencakup secara komprehensif ketiga aspek utama globalisasi baik ekonomi,
teknologi dan informasi.
Penulis: Misbahul Munir,
M.Pd (Ketua Program Studi PAI) Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah (STIT) Togo Ambarsari Bondowoso

0 Comments: