
Sumur Air Bersih Bantuan Poker Dewan PKB DPRD II Banyuwangi Tahun 2021, Diduga Tidak di HIPPAM-kan
BANYUWANGI - Keberadaan sumur air bersih di Utara PT Wongsorejo itu diduga tidak dikelola oleh HIPPAM. Hal itu di ketahui setelah team investigasi melakukan pertemuan dengan warga dan pengelola sumur air bersih tersebut.
Sumur air bersih
bantuan poker salah satu anggota Dewan Fraksi PKB DPRD II Banyuwangi itu berdiri
di atas tanah milik warga dan saat pengerjaan tidak berkoordinasi dengan Desa.
Lasim diketahui bahwa
tiap proyek bantuan sumur air bersih harus berada di tanah Negara artinya tidak
boleh berada di tanah hak milik warga.
Proyek air bersih di
Utara PT Wongsorejo Desa Alasrejo itu di kerjakan pada bulan Februari 2021 dan
sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh sekitar 50 Kepala Keluarga. Ada beberapa
warga yang belum menikmati air bersih itu, karena belum memiliki uang
pemasangan jaringan air bersih ke rumahnya. Minggu, (20/06/2021).
Menurut Musleh ketua
pengelola, sumur air bersih itu hasil perjuangan kami. Permintaan akan sumur
air bersih pada pihak Desa selalu dijanjikan tak pernah terealisasi, sampai
kemudian saya memberanikan diri minta bantuan pada Pak Taufik anggota Dewan PKB
yang kebetulan orang Wongsorejo.
Lewat serangkaian
pertemuan dengan Pak Taufik akhirnya kami bisa menikmati air bersih yang selama
ini kami impikan.
“Turunnya bantuan
sumur air bersih tak lepas dari peran aktif
Suwono orang kepercayaan Taufik”, tutur Musleh di rumahnya
Diakui juga oleh
Musleh bahwa sumur air bersih ini mulai dari pengajuan sampai penggalian sumur
pihak Desa tidak tahu karena pengajuan tidak melalui Desa.
Bukan mengesampingkan
pihak pemerintah Desa, tapi lebih karena kami trauma, dari 4 kali ganti Kepala
Desa kebutuhan air bersih di Utara PT Wongsorejo tak pernah diperhatikan.
Kami juga belum
membentuk Hippam sebagai organisasi pengelola air bersih di luar dari PDAM, ketika pengajuan pun kami tidak mengatas namakan Hippam.
“Saat itu saya pasrah
ke Suwono bagaimanapun caranya air bersih harus mengalir di Utara PT Wongsorejo”,
imbuhnya.
Sunari warga pengguna
mengatakan dalam mengalirkan air bersih itu, ada konflik di warga pengguna air
bersih, disamping ada warga yang diputus alirannya karena tidak bayar uang
pangkal pemasangan.
Ada juga warga minta
digratiskan dan juga warga yang dulu ikut berjuang oleh Musleh tak di libatkan
dalam pengelolaan sumur air bersih.
Warga kesal karena
air bersih itu digunakan mengairi sawahnya dan dianggap sumur air bersih itu
milik pribadi Musleh.
“Saya ikut berjuang
demi bisa mendapatkan sumur air bersih tapi ketika bantuan sumur air bersih sudah turun dan mengalir,
saya malah tidak di libatkan”, keluhnya.
Bunadi warga pengguna
air yang diputus aliran airnya, membenarkan kalau aliran air bersih ke rumahnya
diputus karena terlambat bayar sisa uang
pangkal.
Tindakan itu tentu
melukai hati Bunadi dan keluarga, apalagi diputus tanpa ada pemberitahuan pada
kami.
“Seharusnya kami diberitahu
dulu sebelum diputus, toh kurangnya cuma Rp. 200.000,-“ keluhnya.
Lebih jauh Bunadi
mengatakan kalau yang diputus bukan cuma aliran yang kerumahnya, ada juga rumah
janda tua miskin juga diputus aliran airnya, karena tak bayar uang pemasangan
jaringan ke rumahnya.
Untuk menghidupkan
lagi aliran air bersih ke rumahnya, Bunadi didampingi team investigasi bertemu
dengan Musleh di rumahnya selain membayar uang pemasangan jaringan ke rumahnya sebesar
Rp. 700.000,- Bunadi juga meminta maaf atas keterlambatan bayar uang tersebut
“Alhamdulillah saya sudah bayar, semoga aliran air bersih di rumah saya segera dipasang, karena kami membutuhkan air bersih itu”. pungkasnya.
Pewarta: Rofi'i.
Editor: Nurul Yaqin
0 Comments: