
Penuhi Kebutuhan Mahasiswa, HMPS MPI STAI At-Taqwa Bondowoso Gelar Seminar Kepemimpinan
BONDOWOSO - Demi memenuhi kebutuhan mahasiswa Program Studi (Prodi) MPI, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen Pendidikan Islam (MPI) menggelar Seminar Kepemimpinan di Aula Kampus STAI At-Taqwa Bondowoso, Kamis (17/06/2021).
Seminar Kepemimpinan
yang mengusung tema "Peran dan Tantangan Mahasiswa Sebagai Penerus
Kepemimpinan dalam Menghadapi Era 5.0" ini diikuti oleh seluruh mahasiswa
program studi MPI, baik dari semester 2, semester 4 dan semester 6.
Turut hadir dalam
kegiatan ini Waka 3 Bidang Kemahasiswaan STAI At-Taqwa Bondowoso, Dr. Ahmad
Fawaid, S.Pd.I, M.Pd.I, Ketua Program Studi (Kaprodi) MPI, Abdul Goffar,
S.Pd.I, M.Pd.I dan segenap civitas akademika STAI At-Taqwa Bondowoso.
Muhammad Noval, Ketua
Panitia menyampaikan yang melatarbelakangi adanya tema kegiatan ini adalah rasa
tanggung jawab dari mahasiswa saat ini yang sudah mulai menurun disebabkan
adanya media sosial.
"Media sosial
tidak dimanfaatkan oleh mahasiswa hari ini, makanya adanya tema ini untuk
mengangkat jiwa kepemimpinan yang ada di dalam diri mahasiswa, khususnya
mahasiswa prodi MPI," katanya dalam sambutan.
Lebih lanjut, Noval
menyampaikan tujuan dari kegiatan ini adalah menciptakan mahasiswa saat ini
agar lebih berperan.
"Selain itu,
juga bagaimana caranya mahasiswa untuk mengantisipasi tantangan-tantangan yang
ada di masa selanjutnya agar mahasiswa saat ini itu bisa menjadi generasi yang
mampu memimpin di era society 5.0," paparnya.
Noval berharap, pasca
kegiatan ini nantinya mahasiswa mampu menjadi pemimpin yang baik, mampu
bersaing, mampu memberi dampak positif terhadap bangsa dan mampu lebih
bertanggung jawab lagi.
Sementara itu, Ketua
HMPS MPI, Lubabul Jannah, juga memaparkan tujuan kegiatan ini bertujuan untuk
membangun karakter soft skill dan hard skill mahasiswa program studi MPI.
"Soft skill dan
hard skill apabila terbentuk, nantinya mahasiswa akan memiliki jiwa
kepemimpinan dalam setiap bidang pekerjaan atau usaha yang akan
dilakukan," jelasnya.
Ketua HMPS MPI yang
kerap disapa Luba ini juga menyinggung masuknya era society 5.0. Menurutnya, di
era society 5.0 ini manusia dihadapkan dengan masa yang cepat berubah dan serba
tidak pasti yang ditandai dengan hilangnya pekerjaan dan kompetensi.
Ia menyebutkan, salah
satu ilmuan mengatakan bahwasanya dalam 10 tahun kedepan ada 23 juta lapangan
pekerjaan di Indonesia yang akan digantikan dengan otomasi, yang lebih banyak
berasal dari lulusan perguruan tinggi sementara pekerjaan yang akan dimasuki
hilang dalam waktu yang semakin lama semakin cepat.
"Oleh karena
itu, perlu kiranya diadakan kegiatan seminar ini untuk menjawab tantangan
mahasiswa di era 5.0," katanya, menjelaskan.
Di penghujung
sambutannya Luba berharap, kegiatan ini tidak hanya berakhir dalam ruangan
melainkan juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai tindak
lanjut.
"Saya juga
berharap kegiatan ini dapat juga dilaksanakan secara rutin setiap tahun dengan
semakin baik agar kampus STAI At-Taqwa Bondowoso mampu mencetak lulusan
mahasiswa yang kualitasnya tidak dapat diragukan lagi," pungkasnya.
Atas nama Ketua STAI
At-Taqwa Bondowoso yang tidak bisa hadir dalam kegiatan ini, Dr. Agus Fawait,
S.Pd.I, M.Pd.I, Waka 3 Bidang Kemahasiswaan STAI At-Taqwa Bondowoso
mengungkapkan bahwa menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi kampus santri,
kampus pergerakan yakni STAI At-Taqwa Bondowoso bisa menghadirkan dua
narasumber yang hebat.
"Narasumber kita
hari ini adalah generasi muda NU dan berkompeten dalam bidangnya. Sahabat
Ubaidillah ini adalah sahabat pergerakan saya pada masanya dan Hj. Nur Diana
Kholidah adalah seorang Ketua PC Fatayat NU Bondowoso," ungkapnya.
Lebih lanjut, Agus
Fawait menyebutkan bahwa STAI At-Taqwa Bondowoso mengapresiasi
setinggi-tingginya atas terlaksananya kegiatan yang memang menjadi kebutuhan
mahasiswa dalam menghadapi dan menjawab tantangan di era society 5.0.
"Kegiatan yang
sealur dan sealir ini sangat sesuai dengan prodi MPI yakni nantinya akan
diajarkan bagaimana memahami kepemimpinan dan bagaimana pengimplementasiannya
di era society 5.0," lanjutnya.
Selain itu, Agus
Fawait juga mengungkapkan bahwa bukan hanya rindu saja yang berat. Menurutnya,
menjadi pemimpin juga berat dan bukan hanya dirinya saja yang harus merasakan.
"Kalian adalah
pemimpin dalam setiap lini kehidupan. Maka, bukan rindu saja yang berat seperti
kata Dilan. Menjadi pemimpin juga berat dan kalian harus mempersiapkannya mulai
sekarang apalagi kita sudah memasuki era society 5.0," tegasnya.
Selanjutnya, Agus
Fawait menyampaikan, besar harapan kegiatan dapat diketuktularkan dan
diimplementasikan secara bersama-sama demi terwujudnya pemimpin yang siap
menghadapi dan menjawab tantangan era 5.0.
Sementara itu,
Ubaidillah Afief, M.Pd.I narasumber pertama dalam Seminar Kepemimpinan ini
menjelaskan bahwa pemimpin jangan hanya dimaknai sebagai jabatan belaka karena
setiap diri manusia adalah pemimpin.
"Siapapun anda
adalah pemimpin, baik untuk diri sendiri maupun orang lain," paparnya.
Menjadi pemimpin,
menurutnya, ada orang yang memang memiliki bakat sebagai pemimpin dan ada juga
yang karena mengasah diri untuk menjadi pemimpin.
"Orang yang
punya bakat menjadi pemimpin kalau tidak diasah kembali bakatnya, maka bisa
jadi tidak akan menjadi pemimpin bahkan akan kalah dengan orang yang tidak
punya bakat tetapi bersemangat untuk mengasah dirinya menjadi seorang pemimpin,"
tambahnya.
Selain itu, Hj. Nur
Diana Kholidah, SQ. S.Ag sebagai narasumber kedua juga menyebutkan bahwa
kepemimpinan adalah sesuatu yang menarik orang lain untuk mengikutinya.
"Kalau ada
pemimpin tidak diikuti atau tidak mempunyai daya tarik untuk diikuti, maka ia
tidak pantas dijadikan pemimpin," paparnya.
Hj. Nur Diana
Kholidah yang juga Ketua PC Fatayat NU Bondowoso melanjutkan materinya bahwa
antara pemimpin dan pimpinan berbeda, apalagi dengan kepemimpinan.
"Pemimpin itu
diikuti karena keteladanannya, sedangkan pimpinan diikuti karena otoritas yang
dimilikinya, jabatan. Kalau kepemimpinan adalah proses yang mengantarkan kepada
pemimpin dan pimpinan," lanjutnya.
Ketua PC Fatayat NU Bondowoso yang kerap disapa Ning Dien ini menyatakan diakhir materinya bahwa jika ingin menjadi pemimpin yang baik, maka jadilah pengikut yang baik.
"Good Leader Good Follower. Pemimpin yang baik adalah pengikut yang baik," pungkasnya.
Pewarta : Muhlas
Editor : Nurul Yaqin
0 Comments: